Tersenyumlah, Tuhan akan Segera Menjawab Pergumulanmu!
Kalangan Sendiri

Tersenyumlah, Tuhan akan Segera Menjawab Pergumulanmu!

Budhi Marpaung Official Writer
      12507

Lukas 8:24

Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu126[/kitab]; [kitab]ikori15[/kitab]; [kitab]isamu18-19[/kitab]

Dalam kondisi emosi yang sedang kelelahan, saya merangkak ke dalam mobil dan berhenti di suatu pinggir jalan. Bukannya bahagia dengan pasangan yang baru terlibat dalam studi Alkitab, saya justru merasakan cemburu. Pasalnya, saya juga menginginkan pasangan untuk menjalani hidup bersama dan mengatakan bahwa saya pantas untuk diperjuangkan.

Setelah tujuh tahun melobi, orang kriteria saya itu sepertinya tidak ada. Saya merasa seperti berada di dalam perahu para murid saat badai tiba-tiba datang, air masuk ke dalam perahu, sampai-sampai mengancam jiwa, sementara dalam situasi tersebut, Yesus tertidur. Ia tidak menyadari akan persoalan yang sedang dihadapi (Lukas 8:22-25).

Saya begitu terombang-ambing dan terpukul secara emosional, saya tidak tahu bagaimana bisa melewati hari, bulan, tahun, atau waktu-waktu yang dibutuhkan untuk kehadiran Mr Right.

Saya tahu Tuhan bisa memperbaiki segalanya. Ia adalah Tuhan! Tetapi, sepertinya Ia tertidur di kemudi ... lagi. Ia begitu misterius. Kenapa Ia tidak melakukan sesuatu?

Akhirnya saya memutuskan untuk melepaskan setiap kemarahan dan frustrasi saya kepada Tuhan: "Tidakkah kamu peduli?!"

Pada saat itu, jujur, saya mendengar untuk pertama kalinya dalam hidup saya suatu suara. Aku pun berdialog dengan suara itu:

"Apakah kamu yakin Aku mengetahui apa yang terbaik untukmu?"

"ooo, tentu saja Engkau tahu!"

"Kalau begitu mengapa kamu tidak memercayai-Ku?"

"Karena Engkau tidak melakukan apa yang aku ingin Engkau lakukan!"

"Kamu yakin Aku tidak tahu apa yang terbaik untukmu?"

Pertanyaan “Apakah kamu yakin” dan “Mengapa kamu tidak memercayai-Ku?” adalah dua pertanyaan yang terus terngiang-ngiang di dalam pikiranku. Jika saya percaya bahwa Ia mengetahui apa yang terbaik, mengapa saya tidak mempercayai-Nya untuk mengurusnya?

Saya ingat bahwa percakapan dengan Tuhan itu begitu jelas, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menghantui saya ketika Tuhan tidak melakukannya dengan cara saya. Sewaktu saya membaca kisah Yesus menenangkan badai di Lukas 8, saya teringat akan pertanyaan-pertanyaan itu lagi.

Saya bisa membayangkan pikiran para murid saat Yesus menuduh mereka tidak mempercayai Dia. "Apakah Engkau sedang bercanda? Kita akan terbunuh dalam badai ini, dan Engkau tertidur!!"

Bagaimana mereka bisa tahu bahwa Ia mengendalikan segalanya? Ia bahkan tidak tahu apa yang terjadi! Jika Ia tidak bertindak, bagaimana mereka bisa percaya kepada-Nya?

Pertanyaan yang sama terus mengganggu orang percaya hari-hari ini. Bagaimana kita bisa beriman jika Tuhan sendiri tidak mengetahui bahwa kita terluka? Atau lebih buruk lagi, bagaimana jika Ia mengetahuinya dan memilih untuk tidak berbuat apa-apa?

Dua tahun setelah berargumen dengan Tuhan, saya kembali mengeluarkan unek-unek saya kepada seorang rekan perempuan di kantor dan mengatakan bahwa tidak ada Mr. Right untuk hidup saya dan Tuhan tampaknya tidak memerdulikan hal itu. Rekan perempuan di kantor saya menghentikan ucapan saya dan dengan penuh kasih dan ketegasan mengatakan, "Laura, saya benar-benar merasa seperti Tuhan ingin saya memberi tahu padamu hal ini: Ia telah mempersiapkan suami untukmu, tetapi Ia menilai kamu belumlah siap."

Dari situ saya perlahan-lahan menyadari, Tuhan sedang mempersiapkan seorang pria yang saat ini telah menjadi suami saya. Ketika saya menangis di kantor rekan kerja saya, Erik yang adalah junior di perguruan tinggi sedang dibentuk Tuhan untuk menjadi seorang laki-laki yang seperti dikehendakinya. Tuhan tahu bahwa saya membutuhkan orang ini, tetapi Erik belum siap untuk menikah. Jadi, Tuhan terus berkarya di dalam kehidupan sampai akhirnya dia benar-benar menjadi seorang pria yang saya inginkan. Pada waktu yang tepat, kami pun menjalin hubungan dan akhirnya kami pun menikah.  

Dari peristiwa yang saya alami sendiri, saya belajar untuk memercayai bahwa Tuhan memang tahu apa yang terbaik untuk saya dan selalu bekerja di belakang layar, bahkan ketika saya tidak melihat gerakan-Nya.

Jika kamu merasa Tuhan sepertinya tertidur di bawah dek kapal dan tidak peduli dengan kejadian yang membuatmu frustasi, tetaplah teguh di dalam iman kepada-Nya. Bisa jadi Tuhan lagi memimpikan sesuatu yang lebih baik dari yang pernah kamu dapat bayangkan untuk dirimu sendiri.

Hak Cipta © 2013 Laura Holth. Digunakan dengan izin.

Tuhan Sungguh Peduli Pada Situasimu dan Bagianmu adalah Tetap Percaya Kepada-Nya.

Ikuti Kami